Minggu, 28 September 2025

Tugas Terstruktur 2 Ekologi Industri

 Analisis IPAT - Negara Jepang




1. Profil Negara

Jepang adalah sebuah negara Kepulauan yang terletak di Benua Asia bagian Timur (Asia Timur). Sebagai Negara Kepulauan, Jepang memiliki sekitar 6.852 pulau besar maupun kecil. Pulau-pulau utama Jepang diantaranya adalah Pulau Hokkaido, Pulau Honshu, Pulau Shikoku dan Pulau Kyushu. Jepang juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yaitu sekitar 29.751 km2. Pulau Honshu merupakan pulau Terbesar di Jepang. Ibu kota Jepang yaitu Kota Tokyo terletak di Pulau Honshu ini.

Nama Lokal : Nihon-koku / Nippon-koku

Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional Parlementer

Kepala Negara : Kaisar Naruhito (Sejak 01 Mei 2019)

Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri Shigeru Ishiba (sejak 1 Oktober 2024)

Ibu kota : Tokyo

Luas Wilayah :  377.915 km2

Jumlah Penduduk : 125.507.472 jiwa (data 2020)

Bahasa Resmi : Jepang

Agama : Shinto 70,4%, Buddha 69,8%, Kristen 1,5%, agama lainnya 6,9% (estimasi 2015)

Suku Bangsa : Jepang 98,1%, Tionghoa 0,5%, Korea 0,4%, suku bangsa lainnya 1% (estimasi 2016)

Mata Uang : Yen (JPY)


2. Data dan visualisasi komponen P, A, T

Populasi (P), Jepang memiliki jumlah penduduk sekitar 124 juta jiwa pada tahun 2024. Namun, laju pertumbuhan penduduknya menunjukkan tren negatif, yaitu sekitar −0,4% per tahun. Artinya, tekanan konsumsi dari sisi jumlah penduduk cenderung menurun, berbeda dengan negara-negara berkembang yang masih mengalami pertumbuhan signifikan. Fenomena penuaan populasi juga memberi implikasi terhadap struktur tenaga kerja dan pola konsumsi energi di masa depan.


Affluence (A) memperlihatkan bahwa Jepang termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Produk domestik bruto (GDP) per kapita mencapai sekitar US$ 32.500 dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 0,925, yang masuk kategori sangat tinggi. Tingkat kesejahteraan ini berarti konsumsi energi per kapita, kebutuhan infrastruktur, serta gaya hidup masyarakat berada di level intensif, sehingga memberi tekanan tambahan terhadap lingkungan.


Teknologi (T), kondisi Jepang memperlihatkan dua sisi. Di satu sisi, intensitas karbon per unit GDP relatif lebih baik dibandingkan banyak negara berkembang, dengan estimasi sekitar 0,27 ton CO₂ per US$ 1.000 GDP. Namun, emisi karbon per kapita masih tinggi, yaitu sekitar 8–9 ton per orang, jauh di atas rata-rata global. Energi terbarukan telah berkembang pesat, dengan porsi sekitar 22–27% dalam bauran listrik, tetapi ketergantungan pada pembangkit termal berbahan bakar fosil masih signifikan.


3. Perhitungan Estimasi 1

Jika ketiga komponen tersebut dikalikan (I = P × A × T), maka diperoleh dampak lingkungan (I) berupa emisi tahunan sekitar 1,08 miliar ton CO₂. Angka ini menempatkan Jepang sebagai salah satu dari sepuluh negara penyumbang emisi terbesar di dunia. Walau demikian, terdapat tren positif berupa penurunan emisi sekitar 2,5% pada tahun fiskal 2022/2023 seiring meningkatnya pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi di sektor industri.



4. Interpretasi Hasil

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Jepang menghasilkan sekitar 1,08 miliar ton CO₂ per tahun, dengan emisi per kapita tinggi (±8,7 ton/orang) dan intensitas karbon 0,269 ton per US$1.000 GDP.

  • Dari sisi sustainability, Jepang belum sepenuhnya sustainable karena konsumsi energi dan emisi per kapita masih di atas rata-rata global, serta ketergantungan pada bahan bakar fosil masih kuat.
  • Jika dibandingkan dengan pola unsustainable, Jepang tidak sepenuhnya jatuh dalam kategori ini, sebab tren emisi menunjukkan penurunan (−2,5% pada FY22/23) meskipun ekonomi tetap tumbuh. Artinya, negara ini mulai berhasil memisahkan (decouple) pertumbuhan ekonomi dari peningkatan emisi.
  • Dengan demikian, Jepang menunjukkan pola decoupling parsial (partial decoupling). Ekonomi tetap maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi, sementara emisi absolut mulai menurun dan porsi energi terbarukan meningkat. Namun, untuk mencapai full decoupling atau kondisi berkelanjutan, Jepang perlu mempercepat transisi energi, elektrifikasi sektor transportasi, serta memperkuat kebijakan iklim.


5. Rekomendasi kebijakan atau strategi industri berkelanjutan

1. Percepatan Transisi Energi Terbarukan

  • Tingkatkan kapasitas pembangkit tenaga surya, angin lepas pantai (offshore wind), dan panas bumi.
  • Turunkan ketergantungan pada gas dan batu bara secara bertahap dengan target bauran energi bersih >50% pada 2035.

2. Elektrifikasi Transportasi & Mobilitas Rendah Karbon

  • Dorong percepatan adopsi kendaraan listrik (EV) dan kendaraan hidrogen.
  • Bangun infrastruktur pengisian listrik dan stasiun hidrogen secara masif di perkotaan dan jalur utama.

3. Efisiensi Energi di Sektor Industri & Bangunan

  • Terapkan standar efisiensi energi yang lebih ketat pada pabrik, mesin industri, dan bangunan komersial.
  • Gunakan teknologi digital (IoT, AI) untuk mengoptimalkan konsumsi energi.


Daftar Pustaka

  1. International Energy Agency (IEA). (2023). Japan: Energy System Overview. International Energy Agency. Retrieved from https://www.iea.org
  2. Our World in Data. (2023). CO₂ and Greenhouse Gas Emissions: Japan. University of Oxford. Retrieved from https://ourworldindata.org/co2-emissions
  3. Reuters. (2023). Japan’s greenhouse gas emissions fall 2.5% in FY2022 as renewable energy rises. Reuters News. Retrieved from https://www.reuters.com
  4. United Nations Development Programme (UNDP). (2023). Human Development Report 2023/2024. United Nations Development Programme. Retrieved from https://hdr.undp.org
  5. World Bank. (2024). World Development Indicators: Japan. The World Bank Group. Retrieved from https://data.worldbank.org
  6. World Population Review. (2024). Japan Population 2024. World Population Review. Retrieved from https://worldpopulationreview.com


























Tugas Mandiri 2

Refleksi Pribadi Gaya Hidup Berkelanjutan






"Sejauh Mana Gaya Hidup Saya Mencerminkan Prinsip Keberlanjutan?"

Konsumsi

Sejauh ini, gaya hidup saya dapat dikatakan masih dalam proses menuju keberlanjutan. Dari sisi konsumsi, saya sudah berusaha membeli barang sesuai kebutuhan, bukan sekadar mengikuti tren. Misalnya, saya lebih memilih membeli pakaian ketika benar-benar diperlukan dan mengutamakan kualitas agar tahan lama. Namun, saya menyadari masih sering tergoda membeli makanan dalam kemasan sekali pakai. Hal ini bertentangan dengan prinsip ramah lingkungan, sehingga saya perlu membiasakan diri membawa wadah sendiri ketika membeli makanan di luar atau lebih memilih produk lokal yang minim kemasan.

Transportasi

Dalam hal transportasi, saya masih cukup bergantung pada kendaraan pribadi, khususnya motor, untuk aktivitas sehari-hari. Alasannya adalah efisiensi waktu dan kenyamanan. Meski begitu, saya berusaha mengurangi jarak tempuh yang tidak perlu dengan menggabungkan beberapa keperluan dalam satu perjalanan. Sesekali, saya juga memilih berjalan kaki jika tujuan dekat, karena selain lebih sehat, hal ini juga membantu mengurangi jejak karbon. Kedepan, saya ingin lebih konsisten menggunakan transportasi umum atau sepeda bila memungkinkan.

Energi

Sementara itu, dalam penggunaan energi, saya sudah cukup sadar pentingnya menghemat listrik dan air. Contohnya, saya selalu mematikan lampu dan perangkat elektronik ketika tidak digunakan, serta membatasi penggunaan air saat mandi atau mencuci. Meski demikian, saya kadang masih lalai membiarkan charger tetap terhubung ke stopkontak meski tidak dipakai, yang sebenarnya termasuk bentuk pemborosan energi kecil tapi signifikan bila dilakukan terus-menerus.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, gaya hidup saya memang belum sepenuhnya mencerminkan prinsip keberlanjutan, tetapi saya sudah mulai mengambil langkah-langkah kecil. Rencana saya ke depan adalah lebih disiplin dalam membawa wadah makanan sendiri, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan lebih konsisten menghemat energi. Dengan cara ini, saya berharap dapat memberi kontribusi nyata terhadap keberlanjutan lingkungan.







Rabu, 24 September 2025

Tugas Terstruktur 1 Jurnal

 Industry 4.0: A Solution towards Technology Challenges of Sustainable Business Performance


5 Poin Penting Diskusi

1. Industry 4.0 sebagai solusi untuk UKM

Jurnal ini menegaskan bahwa teknologi baru seperti big data, Internet of Things, dan smart factory bisa menjadi jalan keluar bagi UKM yang sering terkendala modal, sumber daya manusia, dan keterbatasan teknologi. Dengan memanfaatkan teknologi ini, UKM dapat memperbaiki cara kerja mereka dan menjaga keberlanjutan bisnis.

2. Implementasi teknologi sebagai kunci

Teknologi secanggih apa pun tidak akan memberi dampak bila hanya sekadar dimiliki tanpa digunakan dengan baik. Itulah sebabnya implementasi IT dipandang sebagai jembatan penting yang menghubungkan teknologi Industry 4.0 dengan hasil nyata berupa peningkatan kinerja bisnis.

3. Struktur organisasi yang mendukung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan teknologi baru tidak hanya soal teknologi itu sendiri, tetapi juga tergantung pada bagaimana organisasi diatur. Struktur yang jelas dan proses kerja yang rapi akan memudahkan adopsi teknologi, sementara organisasi yang berantakan justru akan menghambat.

4. Pendekatan penelitian yang meyakinkan

Penelitian ini menggunakan survei langsung ke manajer UKM di Thailand, sehingga memberikan gambaran nyata dari lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode yang mampu menguji hubungan antar faktor secara mendalam, sehingga kesimpulan yang dihasilkan lebih dapat dipercaya.

5. Implikasi bagi praktik dan kebijakan

Temuan ini memberi pesan praktis bahwa UKM tidak boleh hanya fokus membeli teknologi baru, tetapi juga harus memastikan ada proses, pelatihan, dan dukungan organisasi agar teknologi benar-benar bermanfaat. Bagi pembuat kebijakan, hal ini menjadi dorongan untuk menciptakan program yang membantu UKM mengadopsi teknologi secara efektif.

Minggu, 21 September 2025

Tugas Terstruktur 1 Ekologi Industri

 

Insinyur Industri Sebagai Motor Produksi Ramah Lingkungan




Abstrak

Insinyur industri berperan strategis untuk mendorong produksi ramah lingkungan, yang merupakan tuntutan utama di era industri saat ini. Insinyur industri memastikan bahwa proses produksi berjalan lebih efisien dengan mengurangi pemborosan, menghemat energi, dan menggunakan teknologi berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas. Perusahaan menekan biaya operasional, meningkatkan citra hijau, mematuhi regulasi, dan meningkatkan daya saing produk mereka di pasar global karena metode ini. Praktik ini dapat mengurangi emisi dan limbah, menghemat energi dan air, dan mempertahankan ekosistem yang lestari. Selain itu, alam berperan sebagai sumber daya utama, dan manusia menggunakan teknologi untuk mengendalikan industri. Dengan demikian, hubungan antara alam, teknologi, dan manusia seimbang. Oleh karena itu, insinyur industri memainkan peran penting dalam mendorong keberlanjutan industri yang ramah lingkungan.

Kata Kunci: Insinyur industri, produksi ramah lingkungan, teknologi berkelanjutan, keberlanjutan industri, keseimbangan manusia-teknologi-alam.


Pendahuluan

Perkembangan industri modern membutuhkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan produksi dan kelangsungan lingkungan. Dalam situasi ini, insinyur industri memiliki peran strategis untuk mendorong produksi yang ramah lingkungan. Mereka dapat menciptakan dan mengelola proses produksi yang lebih efisien dengan mengurangi pemborosan, menghemat energi, dan memanfaatkan teknologi berkelanjutan melalui keahlian mereka. Bagi industri, penerapan konsep produksi hijau memiliki banyak keuntungan, termasuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan reputasi perusahaan, mematuhi peraturan lingkungan, dan meningkatkan daya saing produk di pasar global.

Sementara itu, dari sudut pandang lingkungan, metode seperti ini mengurangi limbah dan emisi, meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan air, dan menjaga kelestarian lingkungan. Selain aspek teknis dan ekonomi, sangat penting untuk memahami hubungan antara alam, manusia, dan teknologi. Manusia sebagai pengendali industri memanfaatkan teknologi untuk mencapai efisiensi, tetapi mereka juga mempertahankan alam sebagai sumber daya utama untuk mencapai keseimbangan berkelanjutan. Oleh karena itu, insinyur industri tidak hanya berkontribusi pada inovasi teknis, tetapi juga berkontribusi pada transformasi menuju keberlanjutan industri yang lebih ramah lingkungan.


Permasalahan

Meskipun ide tentang produksi ramah lingkungan semakin populer, banyak perusahaan masih berfokus pada mencapai tingkat produksi maksimum tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya, sehingga pemborosan energi, emisi, dan limbah terus menjadi masalah utama. Selain itu, banyak industri tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan karena investasi awal untuk menerapkan teknologi berkelanjutan dianggap mahal. Selain kurangnya kesadaran dan ketakutan terhadap perubahan, sumber daya manusia yang memahami teknologi hijau sangat terbatas. Sebaliknya, hubungan antara alam, manusia, dan teknologi belum sepenuhnya seimbang. Teknologi sering digunakan hanya untuk meningkatkan produktivitas tanpa mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam. Akibatnya, tanpa perubahan mendasar, keberlanjutan industri dan lingkungan jangka panjang terancam.


Pembahasan

Metode produksi ramah lingkungan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam proses bisnis. Karena mereka dapat merancang, mengelola, dan mengoptimalkan sistem produksi dengan cara yang efisien sambil mempertimbangkan faktor lingkungan, insinyur industri adalah bagian penting dari situasi ini. Ini tidak hanya tentang efisiensi operasional, tetapi juga tentang bagaimana sebuah industri dapat menyeimbangkan pemanfaatan teknologi, kebutuhan manusia, dan kelestarian alam.

1. Peran Insinyur Industri dalam Transformasi Produksi

Insinyur industri dapat memetakan alur produksi, menemukan kemungkinan pemborosan, dan membuat sistem yang hemat energi dan sumber daya. Mereka dapat menjaga kualitas produk sekaligus mengurangi limbah dengan menerapkan lean manufacturing dan green manufacturing. Selain itu, teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), dan big data analytics membantu insinyur industri memonitor proses produksi secara real-time, yang memungkinkan proses produksi yang lebih tepat dan ramah lingkungan.

Insinyur industri juga mendukung ekonomi sirkular, yang berarti menggunakan limbah atau sisa produksi sebagai bahan baku baru. Metode ini mengurangi ketergantungan kita pada sumber daya alam dan menghasilkan sistem produksi yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, peran insinyur industri menjadi sangat strategis dalam mewujudkan industri yang tidak hanya produktif, tetapi juga peduli terhadap lingkungan.

2. Manfaat Bagi Industri

Produksi ramah lingkungan membawa keuntungan bagi industri selain menguntungkan lingkungan. Salah satu dampak yang paling nyata adalah efisiensi biaya, yang memungkinkan bisnis untuk mengurangi biaya operasional dengan mengurangi penggunaan bahan baku dan energi. Selain itu, perusahaan dengan strategi ramah lingkungan menjadi lebih baik di mata masyarakat dan pelanggan. Produk dengan label hijau atau ramah lingkungan cenderung lebih diminati karena kesadaran publik akan masalah lingkungan semakin meningkat.

Perusahaan yang mematuhi standar lingkungan dapat menghindari sanksi hukum dan memasuki pasar global yang semakin ketat dengan aturan keberlanjutan. Ini memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan karena konsumen dan mitra bisnis internasional kini lebih memilih perusahaan yang berdedikasi terhadap lingkungan. Dengan kata lain, produksi ramah lingkungan bukan hanya sebuah kewajiban moral, tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.

3. Dampak Terhadap Lingkungan

Mengurangi dampak negatif industri terhadap lingkungan adalah tujuan utama produksi ramah lingkungan. Dengan mengoptimalkan sistem produksi, emisi karbon dapat ditekan, berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim. Pengelolaan limbah yang lebih baik juga dapat mengurangi pencemaran tanah, air, dan udara. Selain itu, efisiensi penggunaan energi dan air membantu menjaga ketersediaan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Kondisi ekosistem yang lebih seimbang juga merupakan keuntungan. Keanekaragaman hayati tetap terpelihara jika industri dapat menjaga limbahnya tidak merusak lingkungan. Ini sangat penting karena keberlangsungan hidup manusia bergantung pada keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu, industri tidak hanya memproduksi barang untuk memenuhi kebutuhan orang, tetapi juga membantu menjaga lingkungan.

4. Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam

Kesuksesan produksi ramah lingkungan tidak hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh cara manusia menggunakannya dengan bijak. Insinyur industri dan para pengambil keputusan perusahaan harus memahami bahwa manusia menentukan bagaimana teknologi digunakan. Kerusakan lingkungan akan semakin parah jika teknologi digunakan hanya untuk mengejar produktivitas tanpa mempertimbangkan kelestarian.

Sebaliknya, keseimbangan dapat dicapai dengan menggunakan teknologi jika manusia mampu menjaga sumber daya alam. Penggunaan energi terbarukan, sistem daur ulang otomatis, dan sensor pintar yang mengontrol konsumsi energi. Untuk mencapai industri berkelanjutan, manusia, teknologi, dan alam harus bekerja sama dengan baik.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Produksi yang ramah lingkungan adalah kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi di era industri modern. Dari diskusi di atas, jelas bahwa insinyur industri sangat penting untuk membangun sistem produksi yang efisien dan berkelanjutan. Insinyur industri dapat mengurangi pemborosan, mengurangi emisi, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya dengan menerapkan konsep manufaktur hijau dan rendah, serta teknologi digital. Bisnis mendapat manfaat besar dari strategi ini dari segi efisiensi biaya, peningkatan citra, dan daya saing global. Sementara itu, dari perspektif lingkungan, produksi ramah lingkungan membantu mengurangi pencemaran, menjaga ekosistem, dan mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Konsep ini juga sangat bergantung pada hubungan yang kuat antara alam, manusia, dan teknologi. Manusia sebagai pengendali harus mampu menggunakan teknologi secara bijak agar alam tetap lestari untuk generasi mendatang.

Saran

Untuk mempercepat penerapan produksi ramah lingkungan, sektor-sektor harus bekerja sama. Perusahaan harus melihat transformasi hijau sebagai peluang untuk memperoleh keunggulan kompetitif jangka panjang daripada beban. Agar industri mendorong inovasi berkelanjutan, pemerintah harus memberikan insentif, regulasi yang jelas, dan dukungan infrastruktur. Selain itu, lembaga pendidikan juga sangat penting dalam memprioritaskan kurikulum berbasis teknologi hijau untuk menyiapkan insinyur industri yang siap menghadapi tantangan di seluruh dunia. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk ramah lingkungan akan mendorong industri untuk berubah. Dengan bekerja sama, kita dapat mencapai industri hijau dan berkelanjutan yang benar-benar menyeimbangkan kemajuan teknologi, kebutuhan manusia, dan kelestarian alam.


Daftar Pustaka

Agusinta, Lira; Marina, Sandriana; Fachrial, Peppy; Sucipto, Yuwono D. Analisis Pengaruh Green Manufacturing, Green Distribution, dan Reverse Logistics Dalam Membangun Green Supply Chain Management (Institut Logistik & Transportasi, Jakarta, 2022).

Politeknik Negeri Balikpapan Peningkatan Produktivitas dan Kinerja Lingkungan pada Industri Kayu Menggunakan Metode Green Productivity (PT SLJ Global, Samarinda).

Kusuma, Indra Peningkatan Kinerja Perusahaan Dengan Green Supply Chain Management Pada UKM Olahan Ikan Kota Serang (Jurnal Perspektif, BSI).













Sabtu, 20 September 2025

Tugas Mandiri 1 Ekologi Industri

 

Pengamatan Sistem Industri, Teknologi, dan Dampaknya terhadap Lingkungan Di McDonald’s



Makanan Cepat Saji McDonald

McDonald’s atau McD adalah restoran cepat saji yang berasal dari Amerika Serikat dan pertama kali berdiri pada tahun 1940 di California oleh Richard dan Maurice McDonald. McDonald pertama kali membuka gerai di indonesia tepatnya di Sarinah, Jakarta, pada tahun 1991. Sebagai restoran cepat saji, McDonald’s menggunakan sistem industri modern. Mereka memakai mesin dapur canggih, sistem pemesanan digital seperti layar sentuh dan aplikasi, serta layanan pesan antar. Sistem ini membuat pelayanan lebih cepat dan terstandar di semua cabang. Namun, keberadaan McDonald’s juga memberi dampak terhadap lingkungan, seperti penggunaan energi yang besar dan sampah kemasan. Untuk mengurangi hal tersebut, McDonald’s mulai beralih ke kemasan ramah lingkungan dan mengurangi plastik sekali pakai.

Teknologi yang Terlibat

Saat melakukan pengamatan di McDonald, terlihat bahwa restoran ini banyak menggunakan teknologi untuk mendukung proses pelayanan dan produksinya. Di area dapur, karyawan menggunakan mesin penggorengan otomatis untuk memasak ayam goreng dan kentang dengan waktu serta suhu yang sudah terprogram, sehingga hasilnya selalu konsisten. Selain itu, terdapat oven pemanas, toaster untuk roti burger, serta freezer modern untuk menyimpan bahan makanan agar tetap segar. Mesin minuman otomatis juga digunakan untuk menyajikan minuman dengan takaran yang sama di setiap gelas.

Di sisi pelayanan, McDonald’s telah memanfaatkan teknologi digital. Beberapa gerai sudah dilengkapi self-service kiosk, yaitu layar sentuh yang memungkinkan pelanggan memesan menu sendiri tanpa harus melalui kasir. Selain itu, layanan pesan antar juga terintegrasi dengan aplikasi McDelivery maupun platform seperti GrabFood dan GoFood. Untuk transaksi, McDonald’s menggunakan sistem Point of Sales (POS) yang mencatat penjualan sekaligus mengatur stok bahan secara otomatis. Bahkan, sistem manajemen rantai pasok mereka sudah didukung dengan teknologi ERP sehingga distribusi bahan baku lebih terkontrol.

Dampak Lingkungan

Dalam pengamatan di McDonald’s, selain melihat penggunaan teknologi modern, juga terlihat adanya dampak lingkungan yang muncul dari aktivitas operasionalnya. Salah satu dampak yang paling jelas adalah sampah kemasan, karena hampir semua makanan dan minuman disajikan menggunakan wadah sekali pakai, seperti kotak kertas, gelas plastik, atau sedotan. Walaupun sebagian sudah diganti dengan kemasan ramah lingkungan, jumlah sampah tetap cukup banyak karena tingginya jumlah pelanggan setiap hari. Selain itu, penggunaan energi juga sangat besar. Mesin penggorengan, freezer, oven, hingga pendingin ruangan (AC) menyala hampir tanpa henti untuk menjaga kualitas makanan dan kenyamanan pengunjung. Hal ini tentu menambah konsumsi listrik yang cukup tinggi.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sebelum)

Menurut saya, sebelum ada sistem industri modern kayak McDonald’s, hubungan manusia, teknologi, dan alam itu masih sederhana banget. Semua serba manual, orang yang jadi pusatnya. Contohnya kalau mau masak makanan, ya pakai alat masak biasa seperti tungku atau kompor sederhana, terus semua prosesnya dikerjakan langsung oleh manusia. Teknologi belum banyak dipakai, paling cuma alat bantu sederhana. Kalau soal alam, orang dulu lebih banyak langsung ambil dari alam tanpa mikirin dampaknya. Kayu dipakai buat bahan bakar, air diambil begitu saja, kemasan makanan masih pakai daun atau kertas seadanya. Jadi sebenarnya lebih ramah lingkungan, tapi waktu itu belum ada kesadaran khusus untuk menjaga alam, lebih karena memang cara hidupnya masih alami. Jadi bisa dibilang dulu manusia yang paling dominan, teknologi belum berperan besar, dan alam dianggap selalu tersedia kapan saja dibutuhkan.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sesudah) 

Kalau sekarang setelah ada McDonald’s, menurut saya hubungan manusia, teknologi, dan alam jadi berubah banget. Manusia tidak lagi kerja manual sepenuhnya, karena banyak pekerjaan dapur yang sudah dibantu mesin otomatis, seperti mesin penggoreng ayam, mesin minuman, sampai sistem kasir digital. Jadi peran manusia lebih banyak ke arah mengawasi, melayani, dan memastikan mesin atau sistemnya berjalan lancar. Teknologi juga jadi pusat utama yang bikin semuanya lebih cepat, praktis, dan seragam di semua cabang. Tapi di sisi lain, alam ikut kena dampaknya. Ada banyak penggunaan energi listrik, air, dan juga sampah dari kemasan sekali pakai. Namun setelah ada sistem industri modern, manusia, teknologi, dan alam saling terhubung lebih kompleks manusia terbantu teknologi, tapi juga harus memikirkan dampaknya ke alam.

Penutup

Dari pembahasan tadi bisa disimpulkan kalau hubungan manusia, teknologi, dan alam itu selalu berubah sesuai perkembangan zaman. Dulu, sebelum ada sistem industri modern seperti McDonald’s, manusia lebih dominan karena semua dikerjakan manual, sementara teknologi hanya jadi alat bantu sederhana, dan alam dipakai seadanya tanpa banyak dipikirkan dampaknya. Setelah muncul sistem modern, teknologi jadi pusat utama yang membantu mempercepat proses dan membuat semuanya lebih praktis, sementara peran manusia lebih banyak jadi pengawas dan pemberi layanan. Di sisi lain, alam justru semakin terasa bebannya karena banyak energi dan bahan yang dipakai serta sampah yang dihasilkan. Tapi sekarang mulai ada kesadaran baru, di mana manusia berusaha menyeimbangkan teknologi dengan menjaga alam lewat inovasi ramah lingkungan. Jadi intinya, tantangan ke depan adalah bagaimana manusia bisa tetap memanfaatkan teknologi tanpa merusak keseimbangan alam.