Analisis IPAT - Negara Jepang
1. Profil Negara
Jepang
adalah sebuah negara Kepulauan yang terletak di Benua Asia bagian Timur (Asia
Timur). Sebagai Negara Kepulauan, Jepang memiliki sekitar 6.852 pulau besar
maupun kecil. Pulau-pulau utama Jepang diantaranya adalah Pulau Hokkaido, Pulau
Honshu, Pulau Shikoku dan Pulau Kyushu. Jepang juga merupakan salah satu negara
yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yaitu sekitar 29.751 km2.
Pulau Honshu merupakan pulau Terbesar di Jepang. Ibu kota Jepang yaitu Kota
Tokyo terletak di Pulau Honshu ini.
Nama
Lokal : Nihon-koku / Nippon-koku
Bentuk
Pemerintahan : Monarki Konstitusional Parlementer
Kepala
Negara : Kaisar Naruhito (Sejak 01 Mei 2019)
Kepala
Pemerintahan : Perdana Menteri Shigeru Ishiba (sejak 1 Oktober 2024)
Ibu kota
: Tokyo
Luas
Wilayah : 377.915 km2
Jumlah
Penduduk : 125.507.472 jiwa (data 2020)
Bahasa
Resmi : Jepang
Agama
: Shinto 70,4%, Buddha 69,8%, Kristen 1,5%, agama lainnya 6,9% (estimasi 2015)
Suku
Bangsa : Jepang 98,1%, Tionghoa 0,5%, Korea 0,4%, suku bangsa lainnya 1%
(estimasi 2016)
Mata
Uang : Yen (JPY)
2. Data dan visualisasi komponen P, A, T
Populasi
(P),
Jepang memiliki jumlah penduduk sekitar 124 juta jiwa pada tahun 2024. Namun,
laju pertumbuhan penduduknya menunjukkan tren negatif, yaitu sekitar −0,4% per
tahun. Artinya, tekanan konsumsi dari sisi jumlah penduduk cenderung menurun,
berbeda dengan negara-negara berkembang yang masih mengalami pertumbuhan
signifikan. Fenomena penuaan populasi juga memberi implikasi terhadap struktur
tenaga kerja dan pola konsumsi energi di masa depan.
Affluence
(A)
memperlihatkan bahwa Jepang termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat
kesejahteraan tinggi. Produk domestik bruto (GDP) per kapita mencapai sekitar
US$ 32.500 dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 0,925, yang masuk
kategori sangat tinggi. Tingkat kesejahteraan ini berarti konsumsi energi per
kapita, kebutuhan infrastruktur, serta gaya hidup masyarakat berada di level
intensif, sehingga memberi tekanan tambahan terhadap lingkungan.
Teknologi
(T),
kondisi Jepang memperlihatkan dua sisi. Di satu sisi, intensitas karbon per
unit GDP relatif lebih baik dibandingkan banyak negara berkembang, dengan
estimasi sekitar 0,27 ton CO₂ per US$ 1.000 GDP. Namun, emisi karbon per kapita
masih tinggi, yaitu sekitar 8–9 ton per orang, jauh di atas rata-rata global.
Energi terbarukan telah berkembang pesat, dengan porsi sekitar 22–27% dalam
bauran listrik, tetapi ketergantungan pada pembangkit termal berbahan bakar
fosil masih signifikan.
3. Perhitungan Estimasi 1
Jika
ketiga komponen tersebut dikalikan (I = P × A × T), maka diperoleh dampak
lingkungan (I) berupa emisi tahunan sekitar 1,08 miliar ton CO₂. Angka ini
menempatkan Jepang sebagai salah satu dari sepuluh negara penyumbang emisi
terbesar di dunia. Walau demikian, terdapat tren positif berupa penurunan emisi
sekitar 2,5% pada tahun fiskal 2022/2023 seiring meningkatnya pemanfaatan
energi terbarukan dan efisiensi energi di sektor industri.
4. Interpretasi Hasil
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Jepang menghasilkan sekitar 1,08 miliar ton CO₂ per tahun, dengan emisi per kapita tinggi (±8,7 ton/orang) dan intensitas karbon 0,269 ton per US$1.000 GDP.
- Dari sisi sustainability, Jepang belum sepenuhnya sustainable karena konsumsi energi dan emisi per kapita masih di atas rata-rata global, serta ketergantungan pada bahan bakar fosil masih kuat.
- Jika dibandingkan dengan pola unsustainable, Jepang tidak sepenuhnya jatuh dalam kategori ini, sebab tren emisi menunjukkan penurunan (−2,5% pada FY22/23) meskipun ekonomi tetap tumbuh. Artinya, negara ini mulai berhasil memisahkan (decouple) pertumbuhan ekonomi dari peningkatan emisi.
- Dengan demikian, Jepang menunjukkan pola decoupling parsial (partial decoupling). Ekonomi tetap maju dengan tingkat kesejahteraan tinggi, sementara emisi absolut mulai menurun dan porsi energi terbarukan meningkat. Namun, untuk mencapai full decoupling atau kondisi berkelanjutan, Jepang perlu mempercepat transisi energi, elektrifikasi sektor transportasi, serta memperkuat kebijakan iklim.
5. Rekomendasi kebijakan atau strategi industri berkelanjutan
1. Percepatan Transisi Energi Terbarukan
- Tingkatkan
kapasitas pembangkit tenaga surya, angin lepas pantai (offshore wind), dan
panas bumi.
- Turunkan
ketergantungan pada gas dan batu bara secara bertahap dengan target bauran
energi bersih >50% pada 2035.
2. Elektrifikasi Transportasi & Mobilitas Rendah Karbon
- Dorong
percepatan adopsi kendaraan listrik (EV) dan kendaraan hidrogen.
- Bangun
infrastruktur pengisian listrik dan stasiun hidrogen secara masif di perkotaan
dan jalur utama.
3. Efisiensi Energi di Sektor Industri & Bangunan
- Terapkan
standar efisiensi energi yang lebih ketat pada pabrik, mesin industri, dan
bangunan komersial.
- Gunakan
teknologi digital (IoT, AI) untuk mengoptimalkan konsumsi energi.
Daftar Pustaka
- International
Energy Agency (IEA). (2023). Japan: Energy System Overview.
International Energy Agency. Retrieved from
https://www.iea.org
- Our
World in Data. (2023). CO₂ and Greenhouse Gas Emissions: Japan.
University of Oxford. Retrieved from https://ourworldindata.org/co2-emissions
- Reuters.
(2023). Japan’s greenhouse gas emissions fall 2.5% in FY2022 as renewable
energy rises. Reuters News. Retrieved from https://www.reuters.com
- United
Nations Development Programme (UNDP). (2023). Human Development Report
2023/2024. United Nations Development Programme. Retrieved from https://hdr.undp.org
- World
Bank. (2024). World Development Indicators: Japan. The World Bank Group.
Retrieved from https://data.worldbank.org
- World
Population Review. (2024). Japan Population 2024. World Population
Review. Retrieved from https://worldpopulationreview.com



