GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (GSCM)
Studi Kasus: Air Mineral
dalam Botol Plastik (PET)
1.
Pendahuluan (Latar Belakang dan Pemilihan Produk)
Produk yang dipilih dalam tugas ini adalah air mineral dalam botol plastik (PET) yang termasuk dalam kategori Minuman Kemasan. Produk ini dipilih karena merupakan salah satu produk konsumsi dengan volume produksi dan konsumsi tertinggi di Indonesia. Tingginya konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) berdampak langsung pada meningkatnya penggunaan plastik sekali pakai serta timbulan limbah kemasan plastik di lingkungan. Meskipun air mineral dibutuhkan untuk kesehatan masyarakat, rantai pasok konvensional produk ini masih menimbulkan berbagai dampak lingkungan, mulai dari penggunaan bahan baku berbasis fosil, konsumsi energi dalam produksi, emisi transportasi, hingga masalah limbah plastik pascakonsumsi. Oleh karena itu, air mineral dalam botol plastik menjadi objek yang tepat untuk dianalisis dalam konteks Green Supply Chain Management (GSCM).
2.
Pemetaan Rantai Pasok Konvensional
A.
Pemetaan Tahapan Rantai Pasok
1.
Pengadaan Bahan Baku (Sourcing)
- Plastik PET berasal dari minyak bumi (bahan bakar fosil)
- Air baku diambil dari mata air atau air tanah
- Bahan tambahan: label plastik, tutup botol, karton kemasan
2.
Produksi / Manufaktur
- Proses pembuatan botol PET (blowing)
- Pengolahan dan pemurnian air (filtrasi, UV, ozon)
- Proses pengisian, penutupan, dan pelabelan
- Konsumsi energi listrik dan air cukup tinggi
3.
Logistik Masuk & Keluar (Inbound & Outbound Logistics)
- Bahan baku diangkut menggunakan truk diesel
- Produk jadi didistribusikan dalam jumlah besar melalui truk jarak jauh
4.
Distribusi & Ritel
- Produk disimpan di gudang distributor
- Dijual melalui toko ritel, minimarket, supermarket, dan warung
5.
Akhir Masa Pakai (End-of-Life)
- Botol plastik dibuang oleh konsumen
- Sebagian
kecil didaur ulang, sebagian besar berakhir di TPA atau lingkungan
B. Diagram Alir Rantai
Pasok Konvensional
3. Analisis Dampak
Lingkungan
Berdasarkan
pemetaan rantai pasok di atas, terdapat dua titik kritis utama yang memberikan
dampak lingkungan terbesar.
|
Titik Kritis |
Contoh Masalah Lingkungan |
|
Pengadaan Bahan Baku |
Penggunaan plastik PET virgin berbasis bahan bakar
fosil yang tidak terbarukan |
|
Logistik Distribusi |
Emisi CO₂ tinggi akibat distribusi jarak jauh
menggunakan truk diesel |
4. Usulan Strategi Green
Supply Chain Management (GSCM)
Berikut strategi
perbaikan yang spesifik dan terukur berdasarkan prinsip GSCM.
|
Elemen |
Penjelasan |
|
Prinsip GSCM |
Pengadaan Hijau (Green Sourcing) |
|
Deskripsi Strategi |
Mengganti minimal 50% plastik PET virgin dengan PET
daur ulang (rPET) |
|
Implementasi |
Menjalin kemitraan dengan pemasok plastik daur ulang
dan investasi teknologi pembersihan rPET |
|
Manfaat Lingkungan |
Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan
menurunkan volume limbah plastik |
5. Kesimpulan dan
Rekomendasi
Rantai
pasok konvensional air mineral dalam botol plastik masih menimbulkan dampak
lingkungan yang signifikan, terutama pada tahap pengadaan bahan baku dan
logistik distribusi. Namun, melalui penerapan prinsip Green Supply Chain
Management seperti penggunaan material daur ulang, logistik rendah emisi, dan
sistem reverse logistics, dampak tersebut dapat ditekan secara signifikan.
Disarankan agar produsen AMDK mulai mengintegrasikan strategi GSCM secara
menyeluruh sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan jangka panjang.
6.
Daftar Pustaka
- Srivastava, S. K. (2007). Green
supply‐chain management: A state‐of‐the‐art literature review.
International Journal of Management Reviews.
- Seuring, S., & Müller, M. (2008).
From a literature review to a conceptual framework for sustainable
supply chain management. Journal of Cleaner Production.
- Zhu, Q., Sarkis, J., & Lai, K. H. (2012). Green supply chain management innovation diffusion and its relationship to organizational improvement. International Journal of Production Economics.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar