Life Cycle Thinking (LCT) dan Analisis Dampak Lingkungan Produk Konsumsi
1. Diagram Siklus Hidup Produk: Sabun Mandi Cair
Produk: Sabun mandi cair berbahan dasar minyak kelapa sawit
Batas sistem: mencakup seluruh rantai proses mulai dari ekstraksi bahan baku hingga pengelolaan limbah. Analisis mencakup transportasi, konsumsi energi, dan potensi daur ulang kemasan.
Asumsi Sistem:
- Masa pakai produk: ±1 bulan per botol
(500 ml)
- Bahan utama: minyak kelapa sawit,
air, NaOH, parfum, dan pewarna
- Jenis kemasan: botol plastik HDPE
dengan tutup flip-top
- Skenario akhir hayat: 40% botol daur
ulang, 60% berakhir di TPA
- Transportasi: truk berbahan bakar
solar
- Energi pabrik: listrik PLN (berbasis batu bara)
2. Narasi Analisis
Produk yang dipilih adalah sabun mandi cair, karena
merupakan produk konsumsi harian hampir setiap rumah tangga. Pemilihan sabun
sebagai objek analisis relevan terhadap isu keberlanjutan karena rantai
produksinya yang panjang — mulai dari penggunaan bahan berbasis minyak kelapa
sawit hingga limbah plastik kemasan yang sulit terurai. Produk ini menjadi
contoh nyata bagaimana konsumsi harian manusia berkontribusi terhadap dampak
lingkungan global.
Batas Sistem
Analisis siklus hidup ini mencakup seluruh tahapan
dari ekstraksi bahan baku hingga pengelolaan limbah. Sistem dihentikan pada
tahap pasca-konsumsi, di mana limbah sabun cair dan kemasan botol plastik
dikelola melalui proses daur ulang atau pembuangan ke TPA. Transportasi bahan
baku dan distribusi produk juga termasuk dalam batas sistem karena keduanya
menyumbang emisi karbon signifikan.
Tahap 1: Ekstraksi Bahan Baku
Tahap awal mencakup proses budidaya dan pengolahan
kelapa sawit sebagai sumber utama minyak nabati. Dampak lingkungan terbesar
berasal dari deforestasi, penggunaan pupuk kimia, dan emisi karbon dari proses
ekstraksi minyak. Selain itu, bahan tambahan seperti parfum sintetis dan
pewarna juga membutuhkan energi tinggi dan menghasilkan limbah kimia.
Tahap 2: Produksi
Proses produksi sabun melibatkan reaksi
saponifikasi antara minyak dan NaOH. Pada tahap ini, konsumsi energi listrik
cukup tinggi untuk pemanasan dan pencampuran bahan. Limbah cair hasil pencucian
tangki juga berpotensi mencemari air bila tidak diolah dengan benar. Penggunaan
botol plastik HDPE menambah beban lingkungan karena berasal dari bahan
petrokimia dan membutuhkan energi besar dalam proses pembuatannya.
Tahap 3: Distribusi
Distribusi dilakukan menggunakan truk berbahan
bakar solar dari pabrik ke distributor dan ritel. Kontribusi utama terhadap
dampak lingkungan di tahap ini adalah emisi CO₂ dari bahan bakar fosil. Semakin
jauh jarak distribusi, semakin besar jejak karbon produk.
Tahap 4: Konsumsi
Pada tahap penggunaan, sabun menghasilkan limbah
cair yang langsung masuk ke sistem pembuangan. Walaupun sabun dirancang mudah
terurai, senyawa surfaktan dan parfum sintetis tetap dapat memengaruhi kualitas
air. Selain itu, penggunaan air dan energi selama mandi turut menambah dampak
lingkungan secara tidak langsung.
Tahap 5: Pengelolaan Limbah
Setelah digunakan, botol plastik menjadi sumber
limbah padat. Hanya sebagian kecil yang didaur ulang; sebagian besar berakhir
di tempat pembuangan akhir. Pembakaran atau pembusukan plastik menghasilkan
mikroplastik dan emisi gas rumah kaca. Sementara itu, sabun yang terbuang ikut
mencemari air permukaan jika tidak diolah di IPAL.
Refleksi Desain Ulang
Untuk mengurangi dampak lingkungan, sabun cair
dapat didesain ulang dengan pendekatan eco-design:
- Mengganti
bahan baku minyak sawit dengan minyak kelapa atau bahan nabati
berkelanjutan.
- Menggunakan
kemasan isi ulang (refill pouch) yang lebih ringan dan mudah didaur ulang.
- Menerapkan
produksi hijau (green manufacturing) menggunakan energi terbarukan.
- Edukasi
konsumen untuk memilah limbah dan menghemat penggunaan air saat mandi.
Dengan perbaikan di seluruh tahap siklus hidupnya, sabun cair dapat menjadi produk yang lebih ramah lingkungan dan berkontribusi pada target pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Sumber
Fitriyani, D., &
Rachman, I. (2023). Penilaian Kinerja Berkelanjutan Produk Sabun Cair Wajah
dengan Metode Life Cycle Analysis (LCA).
Pizzol, M., &
Venditti, S. (2023). The Environmental Impacts of Bar Soap Production:
Uncovering Sustainability Risks with LCA Analysis. Sustainability, 15(12),
9287.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar